KIRA menatap bayangan dirinya di cermin untuk yang kesekian kalinya. Sempurna! Malam ini adalah malam natal. Ia membuka pintu kamarnya (https://trisnadewanti.wordpress.com/) dan cepat-cepat menuruni tangga. Ia terkejut. Rupanya semua orang telah berkumpul. Paman Capp, Bibi Tess, sepupu Frank, dan tetangga-tetangga lainnya. Ia melihat ayahnya berbincang-bincang dengan Charli, mantan penjaga istal kuda istana, di sudut ruangan, persis disebelah kiri perapian. Kira berjalan menuju dapur. Aroma kalkun dan kue gandum yang baru saja dibakar menggelitik hidungnya. Gelas-gelas berisi anggur dan toples-toples berisi aneka kue kering tersusun rapih di meja makan. Ia mengambil segelas. “Halo.” Seseorang menyapanya. Dia Frank, sepupunya yang tinggal beberapa blok dari rumahnya. “Halo, Frank.” Kira tersenyum, (https://trisnadewanti.wordpress.com/) menyesap anggurnya sedikit. “Bagaimana Taff?” Kira angkat bahu, “Entahlah. Aku belum mendengar kabar apapun darinya sejak tiga tahun yang lalu.” Frank menepuk pundaknya, “Taff seorang pemain pedang yang terampil. Ia pasti baik-baik saja.” Kira menatap sepupunya dan mengangguk, “Tuhan melindunginya.”
Seorang lelaki berwajah tegas (https://trisnadewanti.wordpress.com/) menghampiri mereka dari ruang utama. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari mereka, “Halo, Kira.” Dia Greg, teman Frank. “Halo,” Kira mengangkat gelas anggurnya dan menegak isinya sampai habis. “Kau terlihat agak kurus. Apa akhir-akhir ini kau kehilangan selera makanmu?” Kira tertawa, “Tentu tidak.” Greg balas tertawa, “Lalu?” Kira tersenyum dan berputar perlahan. Gaunnya yang lebar mengembang sedikit. Greg tertawa, “Kau yang membuat ini?” Kira mengangguk cepat, “Bagaimana menurutmu?” Greg tersenyum, memamerkan deretan giginya yang rapi, “Bagus sekali. Cocok untukmu.” Kira merasakan wajahnya memerah. “Oh, baiklah! Hatiku sungguh tersentuh. Haruskah aku pergi meninggalkan kalian berdua disini?” tiba-tiba Frank bersuara, sedikit kesal. Greg merangkulnya, “Oh, Frank. Maaf aku tidak menyadari keberadaanmu.” Frank memutar kedua bola matanya dan menghela napas, “Hentikan, Greg! Tingkahmu membuatku ingin muntah.” Kira (https://trisnadewanti.wordpress.com/) tertawa. “Dan berhenti menggoda sepupuku,” lanjut Frank, senyum mengembang di wajahnya. “Baiklah, kalian lanjutkan pembicaraan kalian. Aku akan menyapa tamu-tamu lainnya.” Kira meletakkan gelasnya yang sudah kosong dan mengambil gelas kedua.
“Kau tahu, Margareth! Dorothy baru saja kehilangan putranya.”
Kira tak sengaja mendengar percakapan dua orang wanita yang berdiri di ujung meja makan. Perlahan ia berjalan sedikit kearah mereka. “Maksudmu Braggio? Putra Dorothy yang bekerja di istana?” wanita yang bernama Margareth (https://trisnadewanti.wordpress.com/) terlihat terkejut. Kedua matanya membelalak dan suaranya agak melengking. “Shh…pelankan suaramu. Belum banyak orang yang tahu akan hal ini.” Kira maju satu langkah dan menajamkan pendengarannya. “Apa yang terjadi padanya?” Wanita yang satu lagi menggeleng, “Tiga hari yang lalu prajurit kerajaan mendatangi rumahnya. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya. Kudengar hal ini berkaitan dengan perapal mantra kegelapan.” Kira menahan nafasnya. (https://trisnadewanti.wordpress.com/) “Tidak mungkin! Pihak istana telah menangkap dan membunuh para perapal mantra sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.” Wanita itu angkat bahu, “Itu hanya spekulasi.” “Apa kau tahu bagaimana kondisi jenazahnya?” Margareth merendahkan suaranya. Wanita itu berbisik. Kira semakin menajamkan pendengarannya. “Sungguh mengerikan. Wajah dan tubuhnya hitam, hampir sulit untuk dikenali. Jantungnya hancur dan tubuhnya keriput, seolah-olah sesuatu telah menghisap darahnya sampai habis. Satu-satunya penanda adalah kalung yang tergantung di lehernya, simbol pegawai dapur istana.” Kira menahan nafasnya. Tengkuknya meremang.
Malam sudah hampir larut dan orang-orang hendak pulang ke rumah mereka masing-masing ketika sebuah ketukan di pintu depan memaksa mereka untuk tinggal. Kira meletakkan (https://trisnadewanti.wordpress.com/) gelasnya yang masih utuh di atas meja dan berjalan ke ruang utama, tak jauh dari pintu. Empat orang. Mereka mengenakan tunik berwarna merah kecoklatan dan rompi biru bersulam benang keemasan. Kancing-kancingnya dari perak dan sebuah rantai perak terkait diantaranya. Sebuah pedang bergagang perak terselip di masing-masing pinggang mereka. Simbol kerajaan (https://trisnadewanti.wordpress.com/) terukir dalam di gagangnya. Mereka adalah prajurit kerajaan, gumam Kira. Ia merasakan firasat buruk. Sangat buruk.
“Kami datang sebagai utusan dari kerajaan Gillia.” Seorang lelaki bertubuh paling kekar menunjukkan medalinya. Simbol kerajaan Gillia (https://trisnadewanti.wordpress.com/) terukir dalam diatasnya. Semua orang terdiam. Suara derak kayu terdengar jelas dari perapian. Ia berdehem memecah keheningan, lalu melanjutkan kalimatnya, “Kami membawa kabar tentang Taff.” Kira merasakan detak jantungnya semakin cepat. Carlos maju ke depan, “Saya ayahnya. Apa yang terjadi dengan Taff?” Hening sesaat. “Taff menghilang saat pertempuran melawan para pemberontak beberapa bulan yang lalu. Kami kehilangan jejaknya sampai kami menemukan medalinya di sisi barat daya kota Gillia dua hari yang lalu.” Seorang prajurit yang lain maju, (https://trisnadewanti.wordpress.com/) merogoh kantungnya, dan menyerahkan sebuah medali kepada Carlos. Kira dan Ibunya mendekat. Medali itu simbol prajurit kerajaan. Bentuknya bulat sempurna dan terbuat dari perak. Simbol kerajaan Gillia terukir indah di permukaan atasnya. Carlos membalik permukaan medali. Nama Taff terukir disitu. “Taff sudah meninggal.” Semua orang terdiam, tak terkecuali Kira. Carlos memeluk bahu istrinya, Rosalia, yang kini terisak. Malam ini akan menjadi malam natal yang tidak terlupakan bagi siapapun.
Tinggalkan komentar